Berpuasa satu bulan penuh di bulan Ramadhan merupakan kewajiban bagi mereka kaum muslimin. Perubahan pola makan dan pola tidur selama satu bulan akan memicu banyak pertanyaan seputar kesehatan, apakah berpuasa baik untuk kesehatan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebelumnya kita harus mengetahui bagaimana perubahan fisiologis di dalam tubuh dalam kondisi berpuasa.
Perubahan yang terjadi di dalam tubuh seseorang tergantung dari berapa lamanya ia berpuasa. Secara teori, tubuh memasuki kondisi puasa sekitar 8 jam setelah makan terakhir kali atau ketika tubuh selesai mencerna makanan. Pada kondisi normal, cadangan glukosa yang terdapat di dalam tubuh akan digunakan sebagai sumber asupan energi. Selama berpuasa, kadar glukosa inilah sumber utama energi. Setelah cadangan glukosa habis, sumber berikutnya yang dapat digunakan sebagai pasokan energi adalah lemak. Glukosa sendiri juga dihasilkan dalam jumlah sedikit melalui mekanisme di dalam hati.
Puasa Dalam Jangka Waktu Tertentu
Hanya berpuasa dalam jangka waktu yang sangat lama-lah yang menyebabkan cadangan energi diambil dari pemecahan protein yang terdapat di berbagai sel, juga dari otot. Pada titik inilah puasa bukan merupakan suatu kegiatan yang sehat lagi dan seseorang sudah mencapai kondisi ‘kelaparan’. Pemecahan protein yang terdapat di dalam otot dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat lemas.
Puasa dalam bulan Ramadhan ini berlangsung sejak subuh sampai terbenamnya matahari yang berlangsung sekitar 12-13 jam (Indonesia). Rentang waktu ini masih dapat ditoleransi asalkan cadangan energi kita yang berasal dari glukosa dan lemak berada dalam jumlah memadai.
Setelah berbuka sampai dengan waktu sahur, tentunya cadangan energi atau cadangan glukosa tubuh dapat kembali dipenuhi sehingga mencegah pemecahan protein otot untuk pemenuhan energi.
Penggunaan lemak sebagai salah satu sumber energi tentunya memiliki beberapa efek, diantaranya adalah dapat menurunkan berat badan, menjaga protein dalam otot, dan dalam jangka panjang dapat menurunkan kadar kolesterol. Penurunan berat badan sendiri akan dapat membantu mengontrol penyakit diabetes melitus dan mengurangi peningkatan tekanan darah.
Perubahan komposisi tubuh, penurunan massa lemak, dan terkontrolnya tekanan darah, diabetes, dan kolesterol akan menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).
Dengan berpuasa, proses detoksifikasi tubuh pun dapat berlangsung baik dengan cara mengeluarkan berbagai racun di dalam tubuh dengan pembakaran lemak yang menumpuk. Setelah beberapa hari berpuasa, kadar hormon endorfin di dalam tubuh meningkat yang dapat berujung pada peningkatan rasa tenang, bahagia, dan kewaspadaan yang cukup baik. Dengan berpuasa, produksi asam lambung pun akan menurun sehingga baik bagi penderita gastritis atau peradangan lambung.
Keseimbangan asupan makanan dan minuman sangat diperlukan di dalam berpuasa. Organ tubuh yang mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit seperti natrium, kalium, dan kalsium, adalah ginjal. Kekurangan cairan atau dehidrasi dapat terjadi akibat kurangnya asupan cairan dan keringat yang berlebihan akibat udara panas. Asupan cairan yang cukup ditunjang sumber mineral dan elektrolit yang seimbang akan menjaga fungsi ginjal kita. Selain itu, asupan karbohidrat, lemak, dan protein seimbang akan mencegah pemecahan protein di otot dan menjaga asupan energi sepanjang hari.
Jadi, apakah puasa baik untuk kesehatan?
Tentunya apabila dilakukan dalam waktu yang benar (dari subuh hingga terbenam matahari) dan ditunjang dengan asupan makanan seimbang dan tidak berlebihan, maka berpuasa memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan.
Sumber : Perubahan Fisiologis Tubuh di Kala Berpuasa
Perubahan yang terjadi di dalam tubuh seseorang tergantung dari berapa lamanya ia berpuasa. Secara teori, tubuh memasuki kondisi puasa sekitar 8 jam setelah makan terakhir kali atau ketika tubuh selesai mencerna makanan. Pada kondisi normal, cadangan glukosa yang terdapat di dalam tubuh akan digunakan sebagai sumber asupan energi. Selama berpuasa, kadar glukosa inilah sumber utama energi. Setelah cadangan glukosa habis, sumber berikutnya yang dapat digunakan sebagai pasokan energi adalah lemak. Glukosa sendiri juga dihasilkan dalam jumlah sedikit melalui mekanisme di dalam hati.
Puasa Dalam Jangka Waktu Tertentu
Hanya berpuasa dalam jangka waktu yang sangat lama-lah yang menyebabkan cadangan energi diambil dari pemecahan protein yang terdapat di berbagai sel, juga dari otot. Pada titik inilah puasa bukan merupakan suatu kegiatan yang sehat lagi dan seseorang sudah mencapai kondisi ‘kelaparan’. Pemecahan protein yang terdapat di dalam otot dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat lemas.
Puasa dalam bulan Ramadhan ini berlangsung sejak subuh sampai terbenamnya matahari yang berlangsung sekitar 12-13 jam (Indonesia). Rentang waktu ini masih dapat ditoleransi asalkan cadangan energi kita yang berasal dari glukosa dan lemak berada dalam jumlah memadai.
Setelah berbuka sampai dengan waktu sahur, tentunya cadangan energi atau cadangan glukosa tubuh dapat kembali dipenuhi sehingga mencegah pemecahan protein otot untuk pemenuhan energi.
Penggunaan lemak sebagai salah satu sumber energi tentunya memiliki beberapa efek, diantaranya adalah dapat menurunkan berat badan, menjaga protein dalam otot, dan dalam jangka panjang dapat menurunkan kadar kolesterol. Penurunan berat badan sendiri akan dapat membantu mengontrol penyakit diabetes melitus dan mengurangi peningkatan tekanan darah.
Perubahan komposisi tubuh, penurunan massa lemak, dan terkontrolnya tekanan darah, diabetes, dan kolesterol akan menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).
Dengan berpuasa, proses detoksifikasi tubuh pun dapat berlangsung baik dengan cara mengeluarkan berbagai racun di dalam tubuh dengan pembakaran lemak yang menumpuk. Setelah beberapa hari berpuasa, kadar hormon endorfin di dalam tubuh meningkat yang dapat berujung pada peningkatan rasa tenang, bahagia, dan kewaspadaan yang cukup baik. Dengan berpuasa, produksi asam lambung pun akan menurun sehingga baik bagi penderita gastritis atau peradangan lambung.
Keseimbangan asupan makanan dan minuman sangat diperlukan di dalam berpuasa. Organ tubuh yang mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit seperti natrium, kalium, dan kalsium, adalah ginjal. Kekurangan cairan atau dehidrasi dapat terjadi akibat kurangnya asupan cairan dan keringat yang berlebihan akibat udara panas. Asupan cairan yang cukup ditunjang sumber mineral dan elektrolit yang seimbang akan menjaga fungsi ginjal kita. Selain itu, asupan karbohidrat, lemak, dan protein seimbang akan mencegah pemecahan protein di otot dan menjaga asupan energi sepanjang hari.
Jadi, apakah puasa baik untuk kesehatan?
Tentunya apabila dilakukan dalam waktu yang benar (dari subuh hingga terbenam matahari) dan ditunjang dengan asupan makanan seimbang dan tidak berlebihan, maka berpuasa memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan.
Sumber : Perubahan Fisiologis Tubuh di Kala Berpuasa
“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]